“Mas, emang enak jadi penulis?” Itu salah satu pertanyaan teman-teman beberapa waktu yang lalu ketika saya mengajaknya untuk menulis buku.
Atau,
“Wah, sulit atuh menulis….???” (sambil wajahnya memelas :))
Atau,
“Saya gak bakat menulis pak. Lha wong nulis surat cinta saja gak gape, buktinya selalu ditolak…! Apalagi menulis buku” (walah kok malah menuduh yang bukan-bukan tho ni orang…!).
Dan seribu satu alasan lain, bukti dari “ketidakmauan” (bukan ketidakmampuan lho, lain lagi itu!).
Pembaca budiman,
Jika Anda mencoba untuk menengok kesuksesan dari beberapa tokoh dunia penulisan di Indonesia, mungkin juga di dunia, maka Anda akan memahami bagaimana mereka amat menikmati keindahan dan keasyikan menulis, di samping kemudian meraih kesuksesan (finansial maupun popularitas). Tak percaya? Coba lihat fenomena JK. Rowlings yang menciptakan novel berseri yang paling terkenal saat ini, yang kemudian diangkat ke layar lebar: Harry Potter! Sebelum itu, tercatat nama Agatha Christie (penulis novel fiksi misteri paling terkenal di dunia dengan tokohnya Hercules Poirot dan Miss Marple) dan Enid Blyton (penulis novel berseri Petualangan Lima Sekawan, Pasukan Mau Tahu, dan Sapta Siaga) yang terkenal karena keunikan hasil karya mereka.
Di Indonesia, Anda bisa berkaca pada Habiburrahman El Shirazy si penulis beberapa novel dahsyat (Ketika Cinta Bertasbih, dll.), atau Andrea Hirata yang melejit lewat novel Laskar Pelangi. Mari simak fakta berikut: Novel Ayat-ayat Cinta-nya Kang Abik (panggilan akrab Habiburrahman) kabarnya menghasilkan royalti sebesar Rp. 1,5 milyar, dan novel yang lain bernilai ratusan juta rupiah. Bagaimana dengan Andrea Hirata? Melihat keberhasilan novel-novelnya (salah satunya Laskar Pelangi yang sudah diangkat ke layar lebar), sepertinya dia juga menikmati kesuksesan yang sama dengan Kang Abik.
“Nah, menjadi terkenal dan banyak duit??? Siapa gak mau??
Tapi, tunggu dulu! Apakah hanya dua hal itu saja yang menjadi tujuan Anda menulis? Meskipun jika sudah terkenal seperti mereka-mereka itu, Anda berhak juga kok untuk menikmati “kebebasan finansial” yang menggiurkan ditambah dengan popularitas yang melenakan. Gak ada yang melarang!
Beberapa orang menyebutkan beberapa tujuan menulis, di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Menulis untuk mempengaruhi orang lain
Beberapa penulis merasa gundah, galau, miris pada beberapa hal yang dianggapnya tidak pas atau bahkan keliru. Maka mereka mencoba menuliskannya dalam bentuk buku, novel, atau sekedar artikel di media. Rachel Carson adalah salah satu contohnya. Revolusi hijau yang ditandai dengan meningkatnya pemakaian bahan-bahan kimia untuk mendukung pertanian ternyata juga meningkatkan dampak buruk bahan-bahan tersebut pada organisme. Keracunan pada organisme-organisme yang tidak berhubungan langsung dengan pertanian, atau munculnya penyakit-penyakit berbahaya semacam kanker mendorong Rachel menuliskannya dalam sebuah buku berjudul Silent Spring, yang kemudian mampu menyadarkan orang Amerika waktu itu untuk meninjau kembali cara-cara bertani yang keliru (untuk materi lebih lengkap, silakan baca di http://asree84.wordpress.com/2010/08/06/rachel-carson-when-the-springs-silent/).
Di Indonesia sosok Helvy Tiana Rosa (HTR) sang pendiri Forum Lingkar Pena (FLP) mungkin dapat menjadi wakil dari kelompok penulis yang bertujuan memotivasi orang untuk melakukan sesuatu hal yang baik, dalam hal ini melalui dunia kepenulisan. Helvy sendiri mungkin prihatin melihat kecuekan masyarakat terhadap hal-hal yang tidak benar, semisal penindasan bangsa Palestina oleh Israel, dan problem sosial masyarakat di tanah air. Tak terhitung kelompok-kelompok penulis dari berbagai kalangan yang bermunculan akibat termotivasi oleh semangat Helvy, bahkan hingga ke manca negara. Tercatat ada banyak FLP cabang yang kemudian berdiri di Amerika, Jepang, negara-negara Eropa, HongKong, Taiwan, dan sebagainya. Kiprah HTR dapat ditilik di http://helvytr.multiply.com/.
Di dunia maya, nama Romi Satrio Wahono (tilik di http://romisatriawahono.net/) dan Enda Nasution (tilik di http://enda.goblogmedia.com/) adalah dua di antara sekian banyak penulis yang mendedikasikan sebagian besar waktunya untuk menyemangati orang lain, sekaligus mengajak orang lain untuk “peduli” pada sesuatu yang diyakini benar.
2. Menulis untuk kesehatan
Loh, kok bisa? Menurut para ahli, orang yang terbiasa menulis itu sehat lho. Lha iya, orang lagi punya banyak masalah, daripada dilampiaskan dengan ngejotosin orang atau memisuhi (gak karuan ngene basane rek..!) orang, kan mending dituliskan ke dalam buku harian. Anda bisa menambah masalah yang sudah parah jika dilampiaskan dengan menjotosi orang lain kan? Ingat, buku harian adalah salah satu teman yang tak mungkin protes, meskipun Anda menuliskan beribu kata tak pantas ke dalamnya. Bener gak? Nah tuh, pembaca yang suka pada bingung nglampiasin amarah…..ambil saja buku harian plus alat tulis. Dah, silakan menuliskan segala uneg-uneg di sana. Dijamin, setelah selesai, perasaan jadi plong, dan sapa tahu malah buku harian itu bisa dibeli oleh sutradara untuk dibuatkan film.. :). Ya, siapa tahu kan? Rejeki kan gak lari ke mana kalo jodoh…. Kang Abik dan Andrea Hirata saja bisa kok. Artikel Manfaat Menulis untuk Kesehatan dapat ditilik di blog ini: http://niahidayati.net/manfaat-menulis-untuk-kesehatan-mental.html.
3. Menulis untuk mencari bekal di akhirat
Waduh, ini tujuan kelas berat! Coba sekarang bayangkan, jika setiap orang yang berilmu di dunia ini menuliskan segala ide-ide brilian mereka ke dalam buku. Hmm…berapa ilmu bisa saling dibagikan, disebarluaskan, dan dinikmati bersama. Alangkah indahnya bukan? Coba simak hadist berikut:
“Bersumber dari Abu Hurairah Radhyallahu ‘anhu, ia menuturkan bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda, “Apabila seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga hal : yakni sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang selalu mendoakannya” HR. Muslim
Nah, jika Anda mengikat ilmu dan menuliskannya dalam bentuk buku, artikel, atau diblog, kemudian Anda mampu mendorong orang lain untuk berbuat baik dan benar (ceileh…), maka Anda akan mendapatkan amal bukan? Mau kan? Mau dong….!
“Lalu, bagaimana cara membangun motivasi dan kepercayaan diri untuk menulis?
Gak susah-susah amat kok memaksakan diri untuk menulis. Ingat-ingat saja keuntungan menulis seperti saya tuliskan di atas, maka Anda akan terinspirasi untuk menulis. Memang sih, ada tulisan yang enak dibaca, sebaliknya ada pula yang acak-acakan gak jelas juntrung masalahnya. Tetapi jangan takut bin kuatir! Pertama, tuliskan saja apa yang ingin Anda tulis. Lalu, cari teman yang menurut Anda lebih baik daripada Anda dalam hal menulis, dan minta mereka untuk menilai tulisan Anda. Nah, dari situ Anda akan mulai memahami beberapa kiat dan jurus yang bisa Anda gunakan untuk menghasilkan tulisan yang baik.
Jika Anda sudah menghasilkan banyak tulisan, dan kemudian apresiasi orang mulai mengalir ke Anda, maka Anda boleh merasakan peningkatan kepercayaan diri: Wah, aku sudah mulai gape nulis nih…. :). Maka Anda akan makin gila menulis…!
Tetapi satu hal jangan Anda lupakan, bahwa apresiasi orang jangan dijadikan semata-mata sebagai tujuan utama Anda dalam menulis. Apalagi Anda mengharapkan pujian orang lain. Mengapa? Ya, jika Anda menulis kemudian tak banyak atau bahkan tak ada yang mengapresiasi tulisan Anda, maka Anda hanya akan melempar handuk dan ……menyerah! Berhenti total! Tetapi jika tujuan Anda menulis adalah untuk berbagi, maka apapun kata orang akan Anda sikapi dengan santai dan Anda tetap bersemangat menulis.
Setuju? Menjadi penulis yuk…!!
Regard,
Nugroho S. Putra
E-mail: nugrohoputra27@gmail.com