Alhamdulillah, akhirnya Edisi Mei 2011 rampung juga!

Tak ada kata yang terucap, kecuali syukur: Alhamdulillah! Majalah SERANGGA edisi Mei 2011 akhirnya berhasil terbit, meskipun harus melalui proses yang ber-“keringat-keringat”. Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada para pelanggan yang tentunya sudah bersabar menunggu terbitnya majalah ini, terutama kepada para kontributor. Mudah-mudahan terbitnya edisi Mei 2011 ini akan segera disusul dengan terbitnya edisi Juli dan November 2011, Insya Allah.

Tak lupa pula saya ucapkan terima kasih kepada para kontributor (tulisan maupun foto) yang sudah dengan sukarela mengirimkan ke redaksi. Semoga amal jariah para kontributor akan selalu mengalir. Amin. Dan kami selalu setia menunggu kiriman tulisan maupun gambar untuk meramaikan halaman-halaman majalah SERANGGA pada edisi-edisi mendatang. Ditunggu ya…

Oya, majalah SERANGGA muncul dengan desain sampul dan isi yang berbeda dengan tiga edisi sebelumnya: lebih segar dan ceria! Semoga perubahan ini menambah semangat kami untuk bekerja lebih rajin dan cerdas untuk menghasilkan edisi-edisi yang lebih bermanfaat, dan yang paling penting, para pembaca menjadi lebih nyaman dalam menyimak artikel demi artikel pada majalah ini.

Selamat menikmati.

Salam,

Nugroho S. Putra

 

Cara penggolongan hama tanaman

Dalam kasus serangan hama di lapangan, salah satu kesulitan yang umum ditemui adalah mengenali dan menentukan jenis hama yang menyerang tanaman, yang kemudian digunakan untuk menentukan strategi pengendalian yang efektif dan efisien. Dalam hal ini, proses identifikasi (hama) yang akurat harus dilakukan. Dua hal yang harus Anda pertimbangkan adalah (1) status ekonomi dari tanaman, dan (2) status ekonomi dari hama yang bersangkutan.

Beberapa pendekatan identifikasi yang dapat Anda lakukan adalah dengan (1) melihat pada organisme “perusak”, atau jika Anda tidak menemukannya pada tanaman, maka Anda dapat (2) melihat kerusakan yang diakibatkan oleh organisme tersebut. Pendekatan pertama jelas lebih mudah dan teliti dibandingkan pendekatan kedua.

Secara umum, penggolongan hama dapat didasarkan pada ciri morfologi dan anatomi, taksonomi, perilaku, dan bioekologi.

Ciri morfologi dan anatomi

Ciri ini paling mudah dilihat, yaitu dengan mencermati bentuk tubuh, termasuk warna tubuh dan ukuran tubuh. Secara sederhana, Anda juga dapat menggolongkan berdasarkan ada tidaknya kerangka tubuh, yaitu (1) Avertebrata (tidak bertulang belakang) dan (2) Vertebrata (bertulang belakang). Binatang Avertebrata misalnya, nematoda, siput, bekicot, tungau, serangga, dan sejenisnya. Binatang Vertebrata misalnya tikus, tupai, kera, dan sejenisnya. Meskipun relatif mudah, penggolongan ini kadang-kadang tidak akurat, terutama jika Anda ingin melakukan identifikasi dua kelompok organisme “hama” yang berasal dari satu spesies namun berkembang di dua kondisi berbeda, misalnya pada daerah geografis atau inang yang berbeda. Anda harus menambah parameter identifikasi dengan ciri-ciri daerah geografis dan inang yang ditemukan di daerah bersangkutan.

Keong Mas (Pomacea canaliculata) (healingrosacea.com)

Ciri taksonomi

Jika Anda sudah memahami pencirian secara morfologi dan anatomi, maka Anda dapat menggunakan penggolongan berdasarkan ciri taksonomi. Secara taksonomis, organisme “hama” dapat digolongkan ke dalam empat filum, yaitu Filum Nemathelmintes (cacing nematoda), Filum Moluska (siput, bekicot, dan sejenisnya), Filum Artropoda (serangga dan tungau), dan Filum Chordata (misalnya tikus, kera, burung, dan sejenisnya).

Tikus padi (Rattus argentiventer) (knowledgebank.irri.org)

Ciri perilaku

Salah satu cara identifikasi hama yang paling menarik adalah dengan melihat perilaku mereka. Sebagai contoh, wereng coklat (Nilaparvata lugens) lebih sering Anda temukan di bagian bawah (batang) tanaman padi, sedangkan wereng hijau (Nephotettix virescens) dapat Anda temukan di bagian atas (daun) tanaman padi.  Ciri perilaku ini biasanya dipengaruhi oleh faktor lain, misalnya suhu, kelembaban, dan kualitas inang. Oleh karena itu, pengetahuan tentang bioekologi organisme hama menjadi penting untuk menambah keakuratan hasil identifikasi.

Wereng batang coklat, Nilaparvata lugens bersayap (makroptera) (hainanproject.org)

Ciri bioekologi

Ilmuwan masa kini cenderung menggunakan pendekatan ciri bioekologi, karena parameter yang digunakan cukup lengkap termasuk hubungan antara organisme yang bersangkutan dengan tanaman, termasuk pengaruh faktor-faktor abiotik terhadap hubungan tersebut. Contoh penggunaan ciri bioekologi untuk mengidentifikasi organisme hama adalah sebagai berikut. Beberapa serangga hidup di musim hujan, misalnya lalat buah dan beberapa jenis hama lain, sedangkan serangga kutu-kutuan lebih banyak berkembang pada musim kering. Artinya, pengetahuan ini mempermudah Anda untuk mengarahkan dugaan pada “golongan” lalat buah dan kutu-kutuan, sebelum Anda menggunakan pendekatan morfologi-taksonomi untuk mempertajam hasil identifikasi Anda. Jangan dilupakan pula bahwa  faktor kelembaban udara, suhu, dan kebasahan merupakan faktor penentu pertumbuhan dan perkembangan serangga-serangga tersebut sehingga akan sangat bagus jika Anda cantumkan sebagai data penunjang.

Keberadaan organisme di satu jenis tanaman juga dapat ditentukan dari ciri yang ditinggalkan oleh organisme tersebut pada tanaman. Misalnya, bagian tanaman yang rusak atau hilang adalah tanda dari kehadiran organisme yang mempunyai tipe alat mulut penggigit-pengunyah, misalnya tikus, tupai, siput, serangga penggigit-pengunyah (belalang, larva kupu-kupu/ ngengat, larva kumbang, dan sejenisnya). Sementara itu, buah kakao yang bentuknya tidak normal (bengkak) kemungkinan diserang oleh hama pencucuk-pengisap, Helopeltis spp.

Seekor belalang sedang makan pada buah kedelai (ent.iastate.edu)

Helopeltis theivora sedang mengisap cairan buah kakao (dropdata.org)

Jika ciri-ciri tersebut sudah Anda dapatkan dan dikumpulkan, maka tahap berikutnya adalah menyusun strategi pengendalian yang paling tepat.